NUSANTARANEWS.org, Fakfak (Papua Barat) – Peristiwa Isra’ Mi’raj adalah salah satu peristiwa yang agung dalam perjalanan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Peristiwa ini sarat akan hikmah atau pelajaran yang dapat diambil dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Hal tersebut disampaikan H. Mustagfirin kepada Nusantaranews.org, di kediamannya Rabu (4/3/2020) lalu.
“ Di dalam bulan Rajab ada satu peristiwa yang sangat istimewa. Peristiwa tersebut adalah Isra’ Mi’raj, yang diperingati setiap tanggal 27 bulan Rajab. Biasanya masyarakat kita, dalam memperingatinya dengan melakukan puasa Rajab, membaca salawat dan ibadah-ibadah lainnya,” kata H. Mustafirin.
Untuk tahun ini, lanjutnya, peringatan Isra’ Mi’raj akan jatuh pada hari Minggu 22 Maret.
“ Peristiwa Isra’ Mi’raj merupakan peristiwa penting dalam agama Islam. Isra’ Mi’raj merupakan peristiwa sebelum Nabi Muhammad saw hijrah atau pindah ke Madinah. Dan peristiwa Isra’ Mi’raj ini banyak mengandung hikmah dan manfaat yang sangat besar bagi umat Islam,” jelasnya.
Pada Isra Mi’raj Nabi Muhammad melakukan perjalanan di malam hari dari Mekkah ke Baitul Maqdis, Palestina hingga langit ke tujuh atau Sidratul Muntaha. Peristiwa ini terjadi pada tahun ke-delapan kenabian Rasulullah.
“Isra Mi’raj terdapat di dalam Alquran, salah satunya di awal Surat Al-Isra’. Artinya, Isra Mi’raj ini kejadian yang sangat luar biasa,” jelas Haji Mustafirin
Mustagfirin bercerita sebelum Isra Mi’raj Nabi Muhammad mendapatkan beberapa cobaan dan dilanda kesedihan. Nabi Muhammad ditinggalkan oleh orang yang dicintainya yakni istrinya Khadijah dan orang yang selalu membelanya yakni sang paman Abu Thalib. Tahun ini bahkan dijuluki ‘amul huzni yang berarti tahun kesedihan.
Allah SWT lalu menghibur Muhammad melalui Isra Mi’raj. Perjalanan ini seolah memberi pesan bahwa setelah cobaan yang berat ada kemuliaan yang menanti.
“Allah mencintai orang yang ikhlas. Isra Mi’raj merupakan karunia yang tidak umum, tidak semua hamba Allah mengalami perjumpaan langsung denganNya,”ucap Mustafirin.
Saat Isra Mi’raj, Nabi Muhammad melakukan bersama Malaikat Jibril dari Masjidil Haram, Makkah ke Masjidil Aqsha, Palestina. Dalam perjalanan ini Nabi singgah di beberapa lokasi untuk melakukan salat dua rakaat.
Setelah itu, Nabi Muhammad diangkat menuju Baitul Maqdis di langit ketujuh. Saat naik ke langit, Nabi bertemu dengan para malaikat dan nabi-nabi terdahulu. Nabi Muhammad juga menjumpai banyak peristiwa penting.
Di antaranya, Nabi Muhammad ditawari minuman susu dan khamar. Nabi lantas memilih susu.
“Itu artinya Rasul menyukai hal yang suci, menyehatkan dan bersih,” terangnya.
Di tengah perjalanan ada pula panggilan setan dan iblis serta perempuan yang diibaratkan sebagai godaan dan ujian di dunia. Ada pula peristiwa saat Nabi Muhammad diperlihatkan sekelompok orang yang menggunting lidahnya sendiri.
“Itu merupakan kelompok alim ulama atau penceramah dan juga orang yang ahli berbicara, tapi dia tidak melakukan apa yang dibicarakannya. Ini sesuai dengan konteks hari ini. Orang yang seperti itu masuk dalam golongan orang yang menggunting lidahnya sendiri,” tutur Mustagfirin.
Saat tiba di Sidratul Muntaha, Muhammad menerima perintah salat pertama kali yakni 50 waktu. Muhammad menerima perintah itu, tapi ia diperingatkan oleh nabi-nabi terdahulu untuk meminta keringanan dan memperhatikan keadaan umat. Akhirnya Nabi Muhammad meminta keringanan perintah salat menjadi lima waktu dalam sehari.
“Saat itu, Rasul masih diminta untuk kembali meminta keringanan. Tapi, beliau tetap berprinsip. Jadi, generasi sekarang pun harusnya tetap mendengarkan nasihat orang terdahulu, tetapi juga memiliki prinsip,” terang Mustagfirin.
Selain itu, lanjut Mustagfirin, saat bertemu dengan Allah, Muhammad menunjukkan hormat dengan membaca awalan doa tahiyat. Allah lalu membalas salam itu dengan memberikan keselamatan dan rahmat kepada Muhammad. Nabi Muhammad kembali membalas dengan mengucapkan doa untuk seluruh hamba yang saleh.
“Rasul membacakan doa untuk umatnya. Artinya tidak egois, tetap memperhatikan umatnya,” pungkas Mustagfirin.
(Amatus Rahakbauw).